Pasaman Selenggarakan Upacara Memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-89 Dengan Hikmad Dan kondusif
Pasaman, Kominfo --- Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-89 melaui Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pasaman di bawah Pimpinan Ricky Riswandi aman, tertib, kondusif dan meriah.
Dari pantauan jurnalistik Kominfo tampak hadir dalam kegiatan itu Forkopimda Kabupaten Pasaman, Ketua Pengadilan Negeri Lubuk Sikaping, Ketua Pengadilan Agama Lubuk Sikaping, Sekretaris Daerah Kabupaten Pasaman H.M.Saleh, Asisten, Kepala OPD se-Pasaman, Badan, Kantor, Kepala Bagian di Lingkungan Setda Kabupaten Pasaman, TNI dan Polri di Kabupaten Pasaman, Kepala Instansi vertikal, BUMN/BUMD, Kepala Sekolah SMA/SMK/MA/SLTP/MTs/ Se- Lubuk Sikaping serta Pimpinan Perguruan Tinggi, Pengurus KNPI, serta pengurus ormas kepemudaan se-Kabupaten Pasaman, serta undangan lainnya, di Pelataran Kantor Bupati Pasaman, Sabtu (28/10).
Upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-89 di pimpin langsung oleh Bupati Kabupaten Pasaman H. Yusuf Lubis.
Dalam amanat memperingati hari sumpah pemuda ke-89 itu Bupati Pasaman H. Yusuf Lubis menyampaikan pidato Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, “Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-89 tahun ini mengangkat tema, “PEMUDA INDONESIA BERANI BERSATU”.
Selanjutnya Bupati Pasaman H. Yusuf Lubis juga menyampaikan, delapan puluh sembilan yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 sebanyak 71 pemuda dari seluruh penjuru tanah aiar, berkumpul di sebuah gedung di jalan Kramat Raya, Daerah Kwitang Jakarta.
Mereka mengikrarkan diri sebagai satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu INDONESIA.
Sungguh sebuah ikrar yang sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ikrar ini nantinya, 17 tahun kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Sebut Bupati Pasaman H. Yusuf Lubis.
Sumpah pemuda di bacakan diarena kongres ke-2, di hadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah.
Jika kita membaca dokumen sejarah kongres pemuda ke-2, kita akan menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari pulau-pulau terjauh Indonesia.
Secara imaginatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah, dari belahan barat Indonesia terdapat nama MOHAMMAD YAMIN, seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera Barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, JONG SUMATRANEN BOND.
Dari belahan Timur Indonesia kita menemukan pemuda bernama JOHANNES LEIMENA, kelahiran kota Ambon Maluku mewakili organisasi pemuda JONG AMBON. Ada juga KATJASUNGKANA dari Madura, ada juga CORNELIS LEFRAND SENDUK, mewakili organisasi pemuda Sulawesi JONG CE LEBES.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana seorang Mohammad Yamin dari Sawahlunto dapat bertemu dengan Johannes Leimena dari Ambon ? Pernahkah kita membayangkan bagaimana seorang Katjasungkana dari Madura dapat bertemu dengan Lefrand Senduk dari Sulawesi ? Bukan hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen ke-Indonesiaan.
Padahal jarak antara Sawahlunto dengan Kota Ambon lebih dari 4.000 kilo meter, hampir sama jarak antara kota Jakarta ke kota Sanghai di China. Sarana transportasi umum saat itu, masih mengandalkan laut, di butuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa sampai ke kota mereka.
Alat komunikasipun masih terbatas, mengandalkan korespondensi melalui kantor pos, hari ini surat di kirim, satu dua bulan kemudian baru sampai di alamat tujuan.
Belum lagi kalau kita berbicara tentang perbedaan agama dan bahasa, Mohammad Yamin beragama Islam berbahasa Melayu, Johannes Leimena beragama Protestan bahasa Ambon, begitupun dengan Katjasungkana Lefrand Senduk, dan 71 pemuda peserta kongres lainnya.
Mereka mimiliki latarbelakang agama, suku, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa sekat dan batasan-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi para pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia.
Inilah yang kita sebut dengan “BERANI BERSATU” dengan nada sendu, menyentuh, dan sangat mendalam H. Yusuf Lubis menyampaikan, seolah-olah dalam penyampaian puisi renungan suci.
Kembali Bupati Pasaman H. Yusuf Lubis menyampaikan pada saat keheningan suasana atas penyampaian sebelumnya di bawah terik matahari yang menyengat dan membakar ubun-ubun para peserta upacara siang itu. “Kita patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan sumpah pemuda.”
“Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya.” Bupati Pasaman H. Yusuf Lubis dalam penyampaiannya mengajak masyarakat Pasaman yang berhadir dalam upacara itu untuk membandingkan, seraya berkata, “Bandingkan dengan era sekarang, hari ini sarana transportasi umum sangat mudah untuk menjangkau ujung Timur dan Barat Indonesia, hanya di butuhkan waktu beberapa jam saja, untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok-pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, tidak perlu menunggu datangnya tukang pos hingga berbulan-bulan lamanya. Interaksi sosial dapat di lakukan 24 jam, kapanpun, dan dimanapun.
Namun, anehnya justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini, kita justru lebih sering berselisih faham, mudah sekali memvonis orang, mudah sekali berpecah belah, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah dan kebencian. Bahkan Bupati Pasaman mengatakan lagi, “Seolah-olah kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau, atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah, atau terhalang oleh tembok raksasa yang tinggi dan tebal hingga tidak dapat di tembus oleh siapapun.
Padahal dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul, bersilaturrahim dan berinteraksi sosial.
Sebelumnya, tidak ada ruang untuk salah faham, apalagi membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik.
Dalam sebuah kesempatan Indonesia yang pertama, Bung Karno pernah menyampaikan; ”Jangan mewarisi Abu saudara-saudara akan puas dengan Indonesia, yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air, tapi “”ini bukan tujuan akhir”.
Pesan yang di sampaikan oleh Bung Karno ini sangat mendalam khususnya bagi generasi muda Indonesia. Api sumpah pemuda harus kita ambil, dan terus kita nyalakan, kita harus berani melawan segala bentuk, upaya yang ingin memecah belah persatuan, dan kesatuan bangsa.
Kita juga harus berani melawan Ego Kesukuan, ke-agamaan dan kedaerahan kita. Ego ini yang kadang kala mengemuka dan mengerus persaudaraan kita sesaman, kita harus berani mangatakan, bahwa persatuan dan kesatuan indonesia adalah segala-galanya, jauh di atas persatuan ke agamaan, kesukuan, kedaerahan apalagi golongan. “Mari kita cukupkan persatuan dan kesatuan Indonesi.
Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa.” Kita seharusnya malu dengan para pemuda 1928, dan juga kepada Bung Karno, karena masih berkutat di soal-soal ini.
Sudah saatnya kita melangkah ketujuan lain yang lebih besar, yaitu mewujutkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada Bapak Presiden Republik Indonesia Bapak Ir Joko Widodo yang selama ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan kepemudaan Indonesia.
Bulan juli 2017 yang lalu, Bapak Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2017 tentang koordinasi strategis lintas sektor penyelenggaraan pelayanan kepemudaan. Melaui perpres ini peta jalan kebangkitan pemuda indonesia terus kita gelorakan bersama pemerintah daerah, organisasi kepemudaan dan sektor swasta, kita bergandengan tangan bergotongroyong melanjutkan api semangat sumpah pemuda 1928. Saatnya kita berani bersatu untuk kemajuan dan kejayaan Indonesia. (Afzal)*