Pesta Meriam Bambu Bonjol Pencetak Rekor Dunia
Pasaman, Kominfo – Bupati Pasaman menyampaikan bahwa, “Pemerintah Kabupaten Pasaman mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pelestarian seni budaya, salah satunya adalah tradisi peletusan meriam bambu, budaya peletusan meriam bambu (badia-badia batuang) sudah ada dan berkembang sejak zaman dahulu.
Sebagai wujudnyata bahwa pemerintah Kabupaten Pasaman mewujudkan masyarakat yang sejahtera, Agamis, dan Berbudaya, hal tersebut di sampaikan bupati Pasaman Yusuf Lubis saat memberikan kata sambutannya.
Hadir pada saat itu, tim penilai pergelaran Rekor MURI dari Museum Rekor Dunia Indonesia di Jakarta, Ketua DPRD Kabupaten Pasaman, Wakil Bupati Pasaman, Forkopimda, Ketua Pengadilan Negeri Lubuk Sikaping, Pengadilan Agama Lubuk Sikaping, Sekda, Staf Ahli Bupati, Asisten, Kepala OPD, Instansi Vertikal, Kepala BUMN, BUMD, Kabag di lingkungan Pemkab Pasaman, Ibu Ketua PKK, Ketua Dekranasda, Ketua GOW, Ketua Persit, Ketua Bhayangkari, Ketua Darmawanita Kabupaten Pasaman, Camat se-Kabupaten Pasaman, Wali Nagari, Ninik mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Paga Nagari, dan Jurnalis serta masyarakat pasaman secara umum turut memeriahkan acara pagelaran meriam bambu Rekor MURI Bonjol di Bukit Tajadi Benteng Pertahanan Tuanku Imam Bonjol Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol, Jum’at (14/7/2017)
Yusuf Lubis menambahkan, pergelaran meriam bambu terbanyak ini sengaja di laksanakan, bukan saja untuk pemecahan Rekor MURI, tetapi jauh di balik itu semua, kata Yusuf Lubis, Pasaman sedang mengangkat makna besar, mengharumkan nama bangsa, mengharumkan Sumatera Barat, dan mengharumkan nama Kabupaten Pasaman, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.”
Ia pun mengatakan; Apa yang sedang dilaksanakan hari ini mengingat kita akan perjuangan pahlawan kemerdekaan yang berasal dari Bonjol, meriam bambu sebanyak 1.821 buah merupakan penanda yang di sesuaikan dengan pecahnya perang Paderi pada tahun 1.821 yang berlau.
Hari ini kata Yusuf Lubis, kita mengenang kembali betapa hebatnya, betapa beraninya, pahlawan nasional yang berasal dari Kabupaten Pasaman, dengan gigih melawan penjajah Belanda, Tuanku Imam Bonjol alias Muhammad Sahab, atau ahmad Sahab, alias Peto Syarif adalah pemimpin perang paderi yang lahir pada tahun 1772 di Tanjung Bungo Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman, dan meninggal pada tanggal 6 November 1.864 di Pineleng Minahasa.
Yusuf Lubis lagi menambahkan; Perang Paderi telah mengukir sejarah kegagalan kaum penjajah Belanda. Serangan demi serangan yang di lakukan oleh Gubernur Jenderal Belanda Van Den Bosch dengan bala tentara dan persenjataannya, mampu di gagalkan oleh pasukan Tuanku Imam Bonjol, akhirnya dengan taktik licik, melalui ajakan perundingan, Belanda mampu menangkap Tuanku Imam Bonjol.
Lebih jauh Yusuf Lubis mengatakan, dengan suara agak tersendat-sendat, menunjukkan beliau ingin menangis karena terharu, “Semangat juang, semangat kepahlawanan Tuanku Imam Bonjo, patut kita jadikan contoh dan kita teladani.
Sebagai pahlawan nasional yang berjuang mempertahankan teritorial Indonesia, dan sebagai bagian dari sejarah pemersatu bangsa. Mudah-mudahan, semangat patriotisme ini, selalu bergelora dalam setiap jiwa anak-anak bangsa. Tegas Yusuf Lubis.
Pelaksanaan kegiatan pagelaran Rekor MURI ini, sengaja di tempatkan pada Benteng Pertahanan Tuanku Imam Bonjol yang bernama “Gunung Tajadi,” yang merupakan tempat bersejarah di masa perjuangan perang paderi, kita berharap kedepan kata Yusuf Lubis, Gunung Tajadi ini, bisa di jadikan salah satu destinasi wisata bersejarah di Kabupaten Pasaman, khususnya kecamatan Bonjol, sehingga sejarah kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol tetap di kenang dan tidak hilang di telan masa.
Pada kesempatan ini juga kata Yusuf Lubis; “Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat kabupaten Pasaman, panitia, dan kita semua, yang telah mendukung serta bekerja keras demi terwujudnya acara ini, semoga apa yang telah di sumbangkan menjadi ibadah bagi kita semua, khususnya ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, pengurus KAN, dan Bundo Kanduang Nagari Ganggo Hilia. (Afzal)*